Melayangkan Harapan Mereka membuat layang-layang berukuran besar. Mereka mewarnainya. Mereka menorehkan cita-citanya di layang-layang itu dan menerbangkannya.
Tiap orang tentu punya cita-cita. Begitu pula teman-teman kita yang orang tuanya kurang berpunya secara finansial. Di hati kecilnya, sahabat belia tersebut memendam harap akan masa depan yang lebih baik.
Alfi Nurjayanti, contohnya. Pelajar kelas lima SDN 01 Tanjung Barat, Jakarta Selatan ini ingin sekali menjadi perawat. ''Nanti, saya mau sekolah perawat saja kalau sudah lulus SMP,'' ujar gadis cilik kelahiran 24 Maret 1996.
Alfi Nurjayanti, contohnya. Pelajar kelas lima SDN 01 Tanjung Barat, Jakarta Selatan ini ingin sekali menjadi perawat. ''Nanti, saya mau sekolah perawat saja kalau sudah lulus SMP,'' ujar gadis cilik kelahiran 24 Maret 1996.
Mengapa tertarik dengan profesi perawat? Alfi rupanya terkesan dengan kesabaran dan keramahan para perawat yang membantu pulihnya kondisi kesehatan saudaranya yang dirawat di rumah sakit. ''Saya nggak takut lihat darah, lho,'' kata Alfi yang senang berenang itu.
Diajak ke Pantai Carnaval, Ancol, oleh KKS Melati (sebuah kelompok kerja sosial berbasis di Jakarta), Alfi senang sekali. Ia berkesempatan menikmati keindahan pantai bersama rombongan anak dhuafa yang berjumlah 110 orang. ''Selain karena bisa nonton paus putih dan pergi ke Seaworld, saya juga bahagia bisa menerbangkan wishing kite,'' ucap Alfi yang paling suka pelajaran bahasa Inggris.
Wishing kite, apa sih? Namanya juga layangan, ya bentuknya tak jauh berbeda dengan layang-layang yang biasa sahabat belia mainkan. Bedanya, yang satu ini sengaja dibuat berukuran besar agar dapat memuat segala asa yang dituliskan para peserta wisata anak dhuafa dan anak jalanan KKS Melati.
Bekerja sama dengan Le Gong Kite Society dan Yayasan Masyarakat Layang-layang Indonesia, wishing kite diterbangkan ke angkasa oleh kakak-kakak relawan KKS Melati, Ahad (22/7) siang. Wishing kite melayang di angkasa bersama puluhan layangan yang memeriahkan Festival Layang-layang Internasional Jakarta. Di hari terakhir festival tersebut, wishing kite antara lain bertemankan layang-layang buatan Jerman, Jepang, Singapura, Swedia, dan layang-layang dari 15 provinsi di Indonesia.
Di wishing kite, mereka mengungkapkan profesi apa kelak yang ingin mereka tekuni ketika menapaki usia dewasa. Meski banyak jenis pekerjaan dituliskan di wishing kite, sejumlah profesi tampak menjadi pilihan favorit anak-anak. Sebagian besar ingin bekerja sebagai dokter, guru, pemain sepak bola, tentara, dan polisi.
Ingin menjadi tentara, Luki Prayoga yang gemar main layangan punya banyak 'saingan'. Cita-citanya seragam dengan sejumlah anak laki-laki lainnya. ''Saya suka melihat tentara dengan gerak-geriknya yang kompak,'' pelajar kelas lima SDN 01 Kamal, Jakarta Utara, itu beralasan.
Ingin menjadi tentara, Luki Prayoga yang gemar main layangan punya banyak 'saingan'. Cita-citanya seragam dengan sejumlah anak laki-laki lainnya. ''Saya suka melihat tentara dengan gerak-geriknya yang kompak,'' pelajar kelas lima SDN 01 Kamal, Jakarta Utara, itu beralasan.
Cipto Saputro mengekor di barisan calon dokter. Siswa kelas lima SDN 07 Ragunan, Jakarta Selatan, itu tak yakin hobi melukisnya dapat menjadi sumber penghasilan. ''Kalau jadi dokter kan enak, bisa merawat orang,'' kata Cipto berdalih. Dompet dokter lebih tebal, ya, Cipto? Belum tentu, dong!
Andre Pangestu berani keluar dari arus dan menuliskan kata 'pelukis' di wishing kite. Andre merasa dunia lukis tak bisa dipisahkan dari kehidupannya. ''Saya suka melukis,'' ungkap pelajar kelas lima Rumah Belajar Bersama DILTS Foundation, Tanjung Barat, Jakarta Selatan.
Andre sebetulnya tak punya keluarga yang menginspirasikannya untuk menjadi pelukis. Kedua orang tuanya tidak piawai melukis. ''Biarpun begitu, saya tetap ingin menjadi pelukis profesional,'' kata Andre.
Sahabat belia lainnya, Ikah, berharap bisa menjadi sarjana. Saat ini, Ikah masih duduk di bangku kelas dua SMP Tahdzibun Nufus, Tegal Alur, Jakarta Selatan. Ikah cuma tersenyum dan menghindar ketika ditanya soal alasan pemilihan cita-citanya itu. Nggak usah malu, dong, Ikah! Itu harapan yang besar, kok. Semoga berhasil menggamit gelar sarjana, ya!
Apa Cita-citamu?
Hamdan: Pelukis
Nurul: Guru
Alfi: Perawat
Emen: Polisi
Dian: Desainer
Fahmi: Arsitek
Tiara: Reporter
Aji: Artis, penyanyi
Daya: Istri solehah
Yogi: Pemain bola
Mutiara: Pramugari
Tyah: Pengusaha sukses
Danang: Masinis
Fian: Musisi
Cipto: Pilot
Irma: Sekolah sampai perguruan tinggi
Dika: Astronot
Dian: Wanita karier
Ikah: Sarjana
[rei]